Sabtu, 08 Desember 2012

KOMODITAS SAWIT. Bea Keluar Desember 2012 dipatok 9%


JAKARTA: Bea keluar minyak sawit mentah atau CPO (crude palm oil) untuk Desember 2012 tetap 9%, mengikuti harga referensi di pasar internasional sebesar US$825,34 per metrik ton. 

Sebelumnya, pemerintah menetapkan bea keluar dengan besaran sama untuk pengiriman November seiring harga referensi yang sebesar US$847 per metrik ton.

Harga referensi didasarkan pada harga rata-rata cost insurance freight (CIF) CPO di Rotterdam, bursa Malaysia dan bursa Indonesia satu bulan terakhir.

Sementara itu, harga patokan ekspor (HPE) CPO untuk Desember ditetapkan US$754 per metrik ton, turun dari bulan sebelumnya US$776 per metrik ton. HPE ditetapkan berdasarkan rata-rata-rata free on board sebulan terakhir.

Pemerintah juga menetapkan bea keluar biji kakao untuk Desember 2012 sebesar 5% atau sama seperti November, mengikuti  harga referensi biji kakao sebesar US$2.418,66 per metrik ton. HPE untuk biji kakao Desember 2012 dipatok sebesar US$2.133 per metrik ton.  (sut)

Daftar HPE untuk minyak kelapa sawit dan turunannya
No Komoditas HPE (US$/ metrik ton)
1 Buah sawit,biji dan kernel sawit 281
2 Bungkil (oil cake) dan residu padat lainnya dari buah sawit, biji dan kernel sawit 149
3 Crude palm oil (CPO) 754
4 Crude palm kernel oil (CPKO) 760
5 Hydrogenated crude palm oil 783
6 Hydrogenated crude palm kernel oil 787
7 Crude palm olein 793
8 Crude palm stearin 754
9 Crude palm kernel olein 760
10 Crude palm kernel stearin 760
11 Palm fatty acid distillate (PFAD) dan palm kernel fatty acid distillate 697
12 Hydrogeneted crude palm olein 825
13 Hydrogeneted crude palm stearin 789
14 Hydrogeneted crude palm kernel olein 784
15 Hydrogeneted crude palm kernel stearin 784
16 RBD palm olein 805
17 RBD palm oil 794
18 RBD palm stearin 762
19 RBD palm kernel oil 830
20 RBD palm kernel olein 769
21 RBD palm lernel stearin 1.127
22 hydrogenated RBD palm olein 836
23 hydrogenated RBD Palm Oil 824
24 hydrogenated RBD palm stearin 793
25 hydrogenated RBD palm kernel oil 857
26 hydrogenated RBD palm kernel olein 809
27 hydrogenated RBD palm kernel stearin 1.170
28 RBD palm olein dalam kemasan 805
29 biodiesel dari minyak sawit (FAME) 880

Sumber: Kementerian Perdagangan

Rabu, 24 Oktober 2012

Harga Sawit Riau Beringsut Naik

Setelah beberapa pekan mengalami penurunan, akhirnya harga tandan buah sawit Riau mulai beringsut naik. Meski kenaikan harga tipis.

Riauterkini-PEKANBARU-Pekan ini menjadi salah satu momentum bagi petani sawit pada umumnya. Pasalnya, dalam rapat harga yang digelar di Dinas Perkebunan Riau dan dihadiri oleh perwakilan dari perusahaan sawit, petani sawit dan pihak pemerintah (dinas Perkebunan) memutuskan, harga sawit naik.


Hal itu disampaikan Kasi Pembantu Mutu Pengelola Hasil Perkebunan, Dinas perkebunan Provinsi Riau, Ermalina Selasa (23/10) usai pelaksanaan rapat harga di pekan ke-41 tahun 2012. Menurutnya, kenaikan harga sawit merupakan keinginan berbagai pihak.

"Pekan ini harga TBS sawit naik. Kenaikan mencapai 23,17 persen. Kenaikan merupakan imbas dari meningkatnya permintaan pasar dunia. Terutama di China dan India yang mulai membaik kondisi perekonomian kedua negara tersebut," terangnya.

Data hasil rapat harga pekan ke-41 menyebutkan bahwa harga TBS sawit umur sepuluh dan di atas sepuluh tahun mencapai Rp 1.293,65 per kilogram (kg). Jumlah tersebut naik 23,17 persen dibandingkan harga minggu lalu yang hanya Rp 1.270,48 perkg.***(H-we) 

Sumber : www.riauterkini.com

Selasa, 16 Oktober 2012

CRYSTAL-X


CRYSTAL-X diramu dari tumbuhan dan bahan organik yang mengandung Sulfur, Antiseptik, Minyak Vinieill, membunuh kuman dan bakteri, membantu membersihkan kerak atau kotoran di selaput vagina, membantu menghilangkan bau tidak sedap di vagina, membantu penyembuhan dan mencegah  keputihan, membantu mengaktifkan dan melenturkan kembali selaput vagina, membantu menambah kepekaan vagina terhadap daya rangsang, dan membantu pencegahan terjadinya kanker yang berhubungan dengan alat reproduksi wanita.
 
Kelebihan Crystal X
  1. Sudah terdaftar di badan POM sehingga kualitas terjamin aman tanpa efek samping
  2. Terbuat dari bahan organik, resep keraton, seperti daun sirih, daun sisik naga, rumput laut.
  3. Praktis penggunaannya, bisa di bawa saat bulan madu biar lebih mantap.
  4. Penggunaan langsung di Miss V, sehingga langsung membersihkan bagian dalam, kotoran pun keluar.
  5. Mengencangkan otot kewanitaan anda, sehingga terasa sempit kembali.
Cara Pakai Crystal X
  1. Basahi Crystal-X dengan air, kemudian masukan ke miss V sedalam 4cm dan putar kurang lebih 10 hitungan (10 detik).
  2. Keluarkan dan bersihkan dengan air, kemudian dilap dengan kain kering.
  3. Simpan di box penyimpanan disuhu yang normal.
  4. Dipakai 1-2 kali sehari sehabis mandi (untuk perawatan).
  5. Disarankan untuk dipakai 5 menit sebelum dan sesudah berhubungan intim.
  6. Untuk masih gadis, rendam Crystal-X kedalam air kurang lebih 2 menit, gunakan air rendaman untuk mencuci miss V secara terstur.
Setelah Pakai Crystal X
  1. Pemakaian 1-7 hari akan keluar kotoran dari vagina dan masing-masing orang bentuknya beda, ini bukti bahwa ternyata rongga vagina itu kotor dan perlu dibersihkan, pakai terus pastii bersih.
  2. Akan keluar cairan bening yang berefek rasa gatal, hal ini wajar karena cairan bening tersebut mengandung bakteri, terus pakai gatal-gatal akan hilang dengan sendirinya.
  3. Vagina akan bersih, tidak bau, kencang dan menyempit sehingga akan memberikan kepuasan anda & pasangan anda.
  4. Pemakaian jangka panjang tidak akan memberikan efek negatif karena Crystal-X dirangcang untuk mencegah penyakit dan penggunaannya pada organ luar sehingga tidak berefek pada organ dalam.

     MENAMBAH KEMESRAAN DAN MEMPERBAIKI KUALITAS HUBUNGAN SUAMI ISTRI.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Budidaya Kelapa Sawit


I. PENDAHULUAN
Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. PT. Natural Nusantara berusaha berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa sawit secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN 
2.1. Iklim
Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280C. Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
2.2. Media Tanam  
Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Penyemaian
Kecambah dimasukkan polibag 12x23 atau 15x23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan. Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup per liter air. Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90x90 cm.

3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan 
Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.
Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut :
Pupuk Makro 
>15-15-6-4   Minggu ke 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4 & 5 (4gr); minggu ke 6 & 8 (6gr); minggu ke 10 & 12 (8gr).
>12-12-17-2 Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr); Minggu ke 22, 24, 26 & 28 (12gr), minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr), minggu ke 38 & 40 (20gr).
> 12-12-17-2 Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23 & 25 (6gr); minggu ke 27, 29 & 31 (8gr).  
>POCNASA Mulai minggu ke 1 – 40 (1-2cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali).

Catatan : Akan Lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPER NASA 1-3 kali dengan dosis 1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman.

3.2. Teknik Penanaman
3.2.1. Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
3.2.2. Pembuatan Lubang 
Tanam Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50x40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak 9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.
3.2.3. Cara Penanaman 
Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER GRANUL / SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

3.3. Pemeliharaan Tanaman 
3.3.1. Penyulaman dan Penjarangan 
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari. 
3.3.2. Penyiangan 
Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma. 
3.3.3. Pemupukan 
Anjuran pemupukan sebagai berikut : 

Pupuk Makro 

Urea 
1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 225 kg/ha 1000 kg/ha 

TSP 
1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 
2. Bulan ke 48 & 60 115 kg/ha 750 kg/ha 

MOP/KCl 
1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 200 kg/ha 1200 kg/ha 

Kieserite 
1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 75 kg/ha 600 kg/ha 

Borax 
1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36 
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst 20 kg/ha 40 kg/ha 

NB. : Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September - Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April). 

POC NASA 
a. Dosis POC NASA mulai awal tanam : 0-36 bln 2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 4 - 5 bulan sekali >36 bln 3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 3 – 4 bulan sekali 
b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC NASA Tahap 1 : Aplikasikan 3 - 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon 
Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon 
Catatan : Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER GRANUL / SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point 3.2.3.) 

3.3.4. Pemangkasan Daun 
Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu : 
a. Pemangkasan pasir Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan. 
b. Pemangkasan produksi Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan. 
c. Pemangkasan pemeliharaan Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai. 

3.3.5. Kastrasi Bunga 
Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman berumur 12-20 bulan. 

3.3.6. Penyerbukan Buatan 
Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dibantu penyerbukan buatan oleh manusia atau serangga. 
a. Penyerbukan oleh manusia Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir.
Cara penyerbukan : 
1. Bak seludang bunga. 
2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer. 
b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti (minyak inti) meningkat sampai 30%. 

3.4. Hama dan Penyakit 
3.4.1. Hama 
a. Hama Tungau 
Penyebab : tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. 
Gejala : daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. 
Pengendalian: Semprot Pestona atau Natural BVR. 
b. Ulat Setora Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona. 
3.4.2. Penyakit 
a. Root Blast 
Penyebab : Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. Bagian diserang akar. 
Gejala : bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian : pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. 
Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO. 
b. Garis Kuning 
Penyebab : Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun. 
Gejala : bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian : inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. 
Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak awal. 
c. Dry Basal Rot 
Penyebab : Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang batang. 
Gejala : pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering. 
Pengendalian : adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit. 
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki . 

3.5. Panen 
3.5.1. Umur Panen 
Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

Minggu, 07 Oktober 2012

Petani Kakao di Mamuju Jadi Penambang Batu


Metrotvnews.com, Mamuju: Petani kakao di Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, beralih menjadi penambang batu. Pasalnya, kakao yang mereka kembangkan terus menerus terserang hama.

"Kami sudah putus asa mengembangan kakao karena terus menerus diserang hama. Kakao rusak dan gagal panen akibat serangan hama itu, akibatnya banyak petani beralih menjadi penambang batu gunung," kata Anas, salah seorang petani di Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju, Rabu (3/10).

Ia mengatakan kakao di Kecamatan Tapalang kini sulit diselamatkan lagi karena serangan hama. Apalagi tidak ada penanganan maksimal mencegah serangan hama yang merajalela itu agar petani dapat kembali berproduksi maksimal.

"Tanaman kakao sejumlah petani di Kecamatan Tapalang yang jumlahnya ratusan hektare diserang hama sejak dua tahun terakhir," ujarnya.

Padahal, ada pengembangan kembali tanaman kakao setelah adanya program peningkatan mutu dan kualitas kakao yang dicanangkan pemerintah pusat di Sulbar.

Menurut dia, hama pengerek batang paling ditakuti petani kakao karena membuat tanaman rusak. Kakao petani menjadi tidak layak untuk dipanen.

"Produktivitas kakao petani yang sebelumnya mencapai sekitar 2.000 sampai 3.000 kg per hektare, turun drastis paling tinggi hanya sekitar 50 sampai 100 kg per hektare akibat serangan hama itu," ungkapnya.

Petani kemudian beralih menjadi penambang batu karena pilihan pekerjaan itu lebih dianggap menjanjikan dari pada bertani coklat.

"Dengan menjadi penambang batu gunung, petani mampu menghasilkan uang sampai Rp150 ribu dalam waktu tiga hari dengan tiga kubik batu gunung yang dihasilkan," katanya.(Ant/BEY)

Kamis, 04 Oktober 2012

Harga Sawit Kembali Turun, Getah Karet Mulai Membaik


Petani kelapa sawit di Riau harus kembali mengahadapi fakta turunnya harga tanda buah segar (TBS). Sementara harga getah karet sudah mulai membaik.

Riauterkini-PEKANBARU- Hasil rapat penetapan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit Dinas Perkebunan Provinsi Riau menyimpulkan, terjadi penurunan harga TBS dengan kisaran Rp 37,39 perkilogramnya.

"Untuk pekan ini harga TBS kembali mengalami penurunan, sekitar Rp 37 perkilogramnya," ujar Ketua Tim Pelaksana Penetapan Harga Tanda Buah Segar (HTBS) Dinas Perkebunan Riau, Ferry HC Putra saat dihubungi riauterkini, Rabu (19/9/12).

Dijelaskan Ferry, penurunan harga TBS sebulah terakhir merupakan imbas dari libur Idul Fitri. Bukan karena dampak pasar global. "Kondisi pasar global masih baik. Tidak ada masalah. Penurunan harga TBS lebih karena dampak libur Lebaran kemarin," tuturnya.

Menurut Ferry, karena libur Lebaran lalu, banyak pabrik kelapa sawit (PKS) yang belum normal beroperasi. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya antrian panjang truk pemasok TBS di seluruh PKS. "Antrinya ada yang sampai 3 hari. Hal ini memicu penurunan kualitas TBS, sehingga harganya menjadi murah," jelasnya.

Lebih lanjut Ferry mempridiksi dalam dua pekan ke depan situasi kembali normal dan diharapkan harga TBS kelapa sawit bisa mula membaik.




Harga Getah Karet Membaik

Jika harga TBS kelapa sawit terus menurun, tidak demikian dengan harga getah karet. Setelah pemerintah penerapkan pembatasan kuota ekspor, dampaknya langsung terasa dengan mulai membaiknya harga getah.

Menurut data dari Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Cabang Riau, pekan ini harga getah karet mulai naik Rp 1.000 perkilonya.***(mad)

Selasa, 25 September 2012

Perusahaan Sawit Riau Tak Berani Ekspor

PEKANBARU – Sebagian besar perusahaan sawit di Provinsi Riau tidak berani melakukan ekspor karena bea keluar minyak sawit mentah (CPO) yang dipatok pemerintah terlalu tinggi berkisar 27%. “Penetapan tarif itu sangat memberatkan  perusahaan dan petani sawit. Jika dihitung dari muatan kargo, bea yang dikeluarkan sangat tinggi, ” kata Sekretaris Aspek PIR Karya M Asosiasi Petani Riau Aspek PIR Riau.

Ia mengatakan, terlebih dengan terus turunnya harga TBS sawit Riau sejak tiga minggu berturut-turut. Sehingga pengusaha sawit juga tidak berani melakukan ekspor karena terkendala bea keluar yang cukup tinggi. Akibatnya kondisi CPO yang menumpuk tersebut tidak ada yang mau membeli.

Mirisnya, setiap tahun ketika memasuki bulan kelima pemerintah cenderung kembali menaikkan bea keluar ekspor CPO terkait adanya anjuran agar pengusaha memenuhi kebutuhan dalam negeri khususnya menyambut bulan puasa dan  lebaran. “Padahal kebutuhan dalam negeri hanya berkisar 25% hingga 30%, itupun sudah cukup besar dan stok terus melimpah,” katanya seperti dilansir Antara.

Sementara itu kondisi sekarang dengan stok melimpah, siapa yang mau membeli CPO tersebut. Konsekwensinya pengusaha tidak berani melakukan ekspor, sebab harga CPO dibeli dengan harga rendah, padahal pendapatan tidak akan bisa naik, apalagi harga pupuk saja tidak bisa dikurangi.

Menurutnya, idealnya bea masuk bisa dikurangi hingga menjadi 10%, sehingga dengan demikian pengusaha baru berani ekspor karena sudah bisa untung. Harga TBS periode ke 37 pada 19-25 September 2012 mengalami penurunan sebesar Rp37,39 per kg,  untuk umur sawit 10 tahun ke atas karena stok melimpah. (Fathan)

Senin, 24 September 2012

HARGA SAWIT DI RIAU ANJLOK, RP 600 /KG

PEKANBARU - Pasca setelah lebaran harga sawit turun, Rp 600 di pengumpul dan di pabrik Rp 800/ Kg.Hal ini diakibatkan pasokan sawit di PKS (pabrik kelapa sawit) mulai meluber. Mobil pengantar sawit antri dan mengular selama 2 hari di PKS (pabrik kelapa sawit).
 
Hal ini diungkapkan Budi, pengumpul sawit di Bukit Raya, Selasa (4/9). Harga sawit di pengumpul Rp 700 /Kg dan di pabrik mencapai Rp 975 /Kg ini terjadi sebelum lebaran. "Setelah lebaran sampai sekarang harga sawit di pengumpul Rp 600 dan di pabrik Rp 800/ Kg. Dan PKS (pabrik kelapa sawit) tidak jarang menolak pasokan sawit dari kami dengan banyak alasan seperti sawitnya kecil, berondolnya tidak bersih bahkan buahnya yang tidak terlalu masak tidak diterima, padahal sebelumnuya PKS (pabrik kelapa sawit) menerimanya," ujarnya.

Padahal lanjutnya, 3 hari pasca lebaran kami beli sawit warga Rp 800/ Kg karena harga di PKS mencapai Rp 1200/ Kg. Namun akibat mengantri selama 2 hari sawit kami di hargai Rp 600/ Kg dikatakan pihak PKS buahnya selama mengantri mulai menyusut. " Kami membawa 30 Ton sawit dan yang tidak diterima sebanyak 12 Ton dengan tidak diterimanya 18 Ton lagi kerugian kami mencapai Rp 20 juta termasuk minyak dan lainnya," tukasnya.

Sama halnya dengan Sutoyo, petani sawit di pantai raja mengatakan, dengan harga Rp 600/ Kg untuk beli pupuk saja kami tidak sanggup, jadi sawit banyak yang kami biarkan busuk dibatangnya karena upah pemanen lebih mahal daripada harga sawit. "Jika ini berlangsung lama kami tidak bisa berbuat banjyak, kami harap pemerintah ikut campur untuk mengatasi harga sawit ini," ungkapnya. (mg 3)
 
 
Sumber: Hallo Riau

Sabtu, 01 September 2012

BERBUAH DILUAR MUSIM

Faktanya bahwa tanaman buah bisa berbuah diluar musim adalah benar, termasuk para pengguna teknologi organik NASA sudah membuktikannya. Tetapi tentunya masih banyak orang atau pihak yang belum mempercainya, dan jikapun percaya juga masih banyak yang belum mengetahui mekanisme dan caranya. Dan ada hal yang lebih mengkhawatirkan lagi adanya pengalaman atau fakta setelah tanaman buahnya berhasil berbuah diluar musim, tidak lama kemudian tanaman buahnya malah merana (hidup segan matipun enggan) bahkan akhirnya mati muda. Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui teori dan praktek membuahkan diluar musim dengan benar dan aman baik bagi tanamannya sendiri maupun lingkungan dan manusia penikmatnya. Teknologi (kombinasi teknis budidaya dan sarana produksi) memunculkan buah di luar musim, disebut teknologi off-season. Berbagai Teknologi Off-season diantaranya secara Mekanik/Fisik, Kimia/Hormonal, dan Gabungan keduanya.

Secara Mekanis/Fisik. Sebenarnya kita secara sengaja atau ikut-ikutan saja sudah mengenalnya bahkan mempraktekkannya karena teknologi off-season ini sudah diterapkan sejak jaman dulu antara lain dengan cara mengerat (Sistim Kerat) kulit pohon (pembuluh floem) melingkar sepanjang ling­karan pohon sampai kelihatan kaytu pohon (pembuluh xylem), Sistim Pruning yaitu memangkas daun, cabang dan ranting, hingga pohon gundul atau tersisa sedikit daun. Sistim Pelukaan yaitu dengan melukai kulit pohon (pembuluh floem) menggunakan benda tajam. Bentuknya bisa dengan mengerok, mencacah, mema­ku atau mengiris kulit kayu. Sistim Pengikatan yaitu mengikat erat pohon de­ngan kawat hingga transpor hasil foto­­sintesa pembuluh floem terhambat. Maupun Sistim Stressing air yaitu tidak menyiram ta­naman hingga mencapai titik layu permanen, kemudian dengan tiba-tiba melakukan penggenangan per­akaran dan pangkal batang hingga jenuh air dalam waktu tertentu.

Kelima teknologi off-season konven­sional ini, prinsip mekanismenya adalah meru­bah perbandingan unsur carbon (C) dan nitrogen (N) -C/N ratio- dalam tubuh tanaman. Tetapi resiko gagalnya tinggi, kalau aplikasinya kebetulan pas/tepat bisa berhasil, hanya saja jika tidak pas/tepat maka bisa ga­gal. Selain tidak bisa mem­berikan kepastian, juga dapat meng­akibatkan kerusakan pohon se­ca­ra fisik dan fisiologis, akibatnya tanaman sengsara dan menderita.

Secara Kimia. Umumnya menggu­nakan agro-chemical, beru­pa bahan aktif zat pe­ngatur tumbuh (ZPT). Pada prinsip­nya tek­nologi agro-chemical ini merubah fisiologis tanaman dengan cara meng­hambat fase pertum­buhan vegetatif de­ngan peran hormon atau senyawa kimia tertentu, agar muncul fase generatif (bunga dan buah). Dengan istilah lain merupakan “pemaksaan/pemerkosaan” sehingga mengakibatkan risiko tanaman mengalami kesengsaraan atau penderitaan.

Ternyata keduanya  baik secara fisik/mekanis maupun kimia, masih berpotensi menimbulkan risiko tanaman merana atau menderita. Untuk mencegah atau meminimalisir kesengsaraan/penderitaan pada tanaman, maka penting kita ketahui dan praktekkan hal-hal sebagai berikut pada tanaman yang akan kita treatment/perlakukan :
  1. Memahami persepsi. Bukan sekedar “membuahkan diluar musim” sehingga melakukan segala cara tanpa memperhatikan kepentingan dan kebutuhan tanaman secara jangka pendek dan jangka panjang. Tetapi relative bijaksana dengan persepsi mempercepat upaya pemulihan (recovery) tanaman dengan memenuhi seluruh kebutuhannya secara tepat, lengklap dan berimbang agar lebih cepat kembali memasuki fase generative daripada musim buah pada umumnya.
  2. Memenuhi kebutuah tanaman diantaranya dengan memperhatikan dan mengkondisikan atau minimal menyesuaikan factor eksternal antara lain suhu, cahaya, pemupukan, penyiraman/pengairan, hama dan penyakit dll.
  3. Khusus pemupukan, kita harus mengikuti prinsip LIMA TEPAT (Tepat Jenis, Tepat Dosis, Tepat Waktu, Tepat Cara, Tepat Sasaran). Khusus Tepat Jenis, kita harus memahami bahwa tanaman membutuhkan sekitar 60-90 jenis unsur hara dalam hidupnya, dismping unsur makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S), juga unsur mikro (Fe, Zn, B, Mo, Mn, Cu, Cl) dan unsur-unsur lainnya. Sehingga disamping menggunakan pupuk-pupuk makro (misal urea, SP36, KCl, NPK majemuk dll) juga harus digunakan pupuk organik yang mempunyai kandungan lengkap dan komposisi berimbang. Pupuk organic yang digunakan sebaiknya juga dilengkapi enzyme, hormon (auksin, sitokinin, giberelin), asam-asam amino, humat dan vulfat dll. Karena dengan memilih dan menggunakan pupuk yang tepat akan sangat membantu keberhasilan mempercepat pemulihan (recovery) tanaman untuk berbuah kembali lebih cepat dari musimnya. Berkaitan dengan hal ini, penting juga kita memahami analogi proses memasak agar tanaman terjaga dan bertahan dengan baik atau normal dalam jangka panjang meskipun diberikan treatment. Ketika kita berbicara proses memasak pembuatan kue maka kita harus menyesuaikan target jumlah kue yang akan dibuat dengan ketersediaan bahan bakunya, alatnya dan kokinya. Unsur hara atau pupuk analog dengan bahan baku rotinya, enzyme analog dengan oven atau alat masaknya, dan hormone analog dengan kokinya. Jadi treatmentnya tidak hanya hormonnya/Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) karena akan berisiko membuat tanaman merana dan menderita akibat bahan baku pupuk dan alat masaknya (enzyme) kurang. Dalam hal ini teknologi organic NASA (bisa memilih atau mengkombinasikan POWER NUTRITION, GREENSTAR, SUPERNASA, SUPERNASA GRANUL, POC NASA, POC BINTANG TANI, HORMONIK dan lainnya) relative mampu mencukupi keperluan 60-90 jenis unsur hara (pupuk NPK perlu tetap ditambahkan), hormone auksin, giberelin dan sitokinin, enzyme, asam-asam amino, humat dan vulfat dll.
  4. Tanaman harus sehat, dengan ditandai percabangan merata, daun berwarna hijau tua mengkilat dan tidak sedang terserang hama atau penyakit.
  5. Tanaman harus sudah cukup umur atau sudah pernah berbunga. Pem­bu­ngaan di bawah umur dapat meng­akibatkan terganggunya pertum­buhan vegetatif tanaman yang meng­akibatkan postur tanaman menjadi kerdil dan tidak sehat.
  6. Lebih utama tanaman tidak dalam fase akselerasi pertumbuhan vege­tatif ditandai dengan tidak adanya: pertumbuhan tunas tanaman dan daun baru (pupus).
Semoga bermanfaat, SALAM NASA & SALAM SUKSES….!!!

Tour de Ja-Bar

Pada perjalanan  Team NASA  kali ini, Tour  de Ja-Bar  diwakili oleh Bp. Ir. Agus Budi Setyono dan Bp. Ir. Syahriar Reza yang berlangsung sejak tanggal 29 Maret – 2 April dengan agenda  silaturahmi dengan stokist dan leader setempat.  Adapun  tujuan yang menjadi target operasional kali ini adalah Ciamis, Tasik, Garut, Soreang-Banjaran  , dan KP Bandung.

Mensupervisi uji coba aplikasi produk NASA di salah satu perkebunan Teh di Garut , Panen Kentang di Ciarile-Cikajang – Garut ( yang hasilnya sangat luar biasa) , Training Produk yang sukses di ikuti lebih dari 50 peserta dari KTNA berbagai wilayah sekitar, serta temu kangen dan diskusi dengan  leader handal  yang khusus menyempatkan turun gunung Pangalengan yakni Bapak Ayi Dasep meskipun hujan lebat  disertai petir.

Untuk informasi mengenai Panen Kentang tersebut  yakni Bapak Jaji dan Bapak Saifuddin yang menanam  kentang dengan Varietas Granola dengan Luasan 22 patok / (1 ha kurang 3 patok) atau  8.800 meter persegi  menggunakan tambahan produk-produk  NASA antara lain POC NASA= 30 botol, HORMONIK=35 botol, GLIO =, SUPERNASA GRANULE=50 Kg, POWER NUTRITION=20 Botol,  serta AERO dan PESTONA masing masing 20 botol. Hasil luar biasa dan cukup mencengangkan ketika team NASA mencabut beberapa sampel tanaman yang akan dipanen mendapatkan rata- rata hasil 2 – 2,2 kg per tanaman. Sesuai dengan hasil yang didapat yakni dengan tambahan saprotan dari produk NASA bisa menghasilkan 30 Ton kentang ! Dengan perkiraan harga ditempat per kg  Rp 4000, maka dengan modal total 70 Juta dalam waktu 100 hari menjadi 120 juta! (untung 50 juta) ! Dengan segenap informasi positif lainnya antara lain kualitas umbi yang lebih bagus mulus dan tidak terserang hama penyakit. Sedangkan kentang  yang ditanam tanpa penggunaan produk NASA (dengan modal yang sama karena harus membeli  pestisida kimia) tanpa tambahan produk NASA hanya menghasilkan  18-20 Ton yang keuntungannya  sekitar 10 juta saja.

Demikian juga saat Supervisi di kebun teh menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dari hasil panen, pertumbuhan pucuk yang sangat banyak dan segar  serta kecepatan panen yang dirasakan oleh para pemetik karena lebih terasa ringan saat memetik pucuk teh. Semoga dengan bukti-bukti di lapangan tersebut akan mampu menggerakkan motivasi  kita semua bahwa bersama NASA mari kita songsong kehidupan  yang lebih sehat dan kesejahteraan bersama .

PERAN TEKNOLOGI ORGANIK NASA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS PERTANIAN SECARA BERKELANJUTAN

Oleh : Joni Riyanto (PT. NATURAL NUSANTARA)
I. GO ORGANIC : ALTERNATIF SOLUSI KRISIS PANGAN GLOBAL

Hari Pangan se-Dunia setiap tahun diperingati banyak negara di Dunia. Tradisi peringatan hari pangan itu sekaligus untuk mengenang hari jadi Organisasi Pangan Dunia (FAO=Food and Agricultural Organization), yang jatuh pada 16 Oktober. Menurut catatan PBB, pada saat ini tidak kurang dari 5 juta jiwa baru lahir ke dunia tiap 10 hari, dan diperkirakan pada 2050 jumlah penghuni bumi mencapai 9,2 milyar jiwa. Dari segi pangan, dengan mudah dapat dibayangkan betapa besarnya kebutuhan dunia untuk menyediakan bahan pangan yang tidak saja jumlahnya mencukupi, melainkan juga memenuhi standar nutrisi.

Josette Sheeran, Direktur Eksekutif WFP (World Food Program) yaitu badan PBB yang mengurusi pangan dunia dalam pertemuan soal krisis pangan di London bahkan pernah menyatakan bahwa  "Silent Tsunami" saat ini tengah menggulung banyak negara di dunia. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan peringatan keras kepada dunia tentang parahnya kondisi pangan di berbagai belahan bumi. Karena "Silent Tsunami", lebih dari 100 juta orang di setiap kontinen/benua  terancam kelaparan. Seperti terjadinya tsunami pada tahun 2004 di negara-negara sekitar Samudera Hindia yang menewaskan hingga jutaan orang, meroketnya harga pangan saat ini menuntut adanya respons secara global.

Respon utama terhadap ancaman krisis pangan global tentunya dengan membangun komitmen setiap bangsa atau negara untuk memenuhi ketahanan pangan bagi rakyatnya. Ketahanan pangan suatu negara dapat ditempuh melalui jalur impor pangan atau swasembada pangan. Hanya saja, ketergantungan pada pangan impor akan membawa resiko tinggi bagi suatu negara. Pasokan pangan impor dapat terhenti secara tiba-tiba misalnya karena embargo, instabilitas politik, perang, bencana alam, ataupun kebijakan perdagangan suatu negara. Belum lagi adanya fakta ancaman global warming dan kebijakan banyak negara produsen pangan mengkonversi bahan bakar fosil ke bahan bakar nabati (bio-fuel), hal ini terbukti mempengaruhi stok pangan dunia dan berdampak pada terus melambungnya harga pangan dunia. Beberapa resiko tersebut mendorong setiap negara menempuh jalur swasembada pangan sebagai dasar untuk mencapai kemandirian pangan tanpa tergantung dari negara lain sehingga dapat tercipta kemandirian suatu bangsa.  

Swasembada pangan dapat ditempuh dengan modernisasi pertanian melalui intensifikasi pertanian, antara lain memanfaatkan berbagai jenis teknologi berbahan dasar kimia sintetis (pupuk kimia, hormon kimia, pestisida kimia, dll.). Tetapi sejarah panjang intensifikasi pertanian yang diterapkan oleh hampir semua negara produsen pangan,  telah berujung pada stagnasi produksi, kerusakan ekosistem pertanian, dan membengkaknya biaya produksi.

Studi kasus di Indonesia bahwa sejak akhir tahun delapan puluhan, mulai tampak terjadinya kelelahan pada tanah dan penurunan produktivitas pada hampir semua jenis tanaman yang diusahakan. Produksi tanaman tidak menunjukkan kecenderungan meningkat walaupun telah digunakan varietas unggul yang memerlukan pemeliharaan dan pemupukan secara intensif melalui bermacam-macam paket teknologi. Malah sebaliknya telah berdampak antara lain meningkatnya degradasi lahan (fisik, kimia dan biologis), meningkatnya residu pestisida dan gangguan serta resistensi hama penyakit dan gulma, berkurangnya keanekaragaman hayati, serta terganggunya kesehatan masyarakat sebagai akibat dari pencemaran lingkungan.

Fakta-fakta tersebut menjelaskan bahwa praktek pertanian dengan hight eksternal input (input luar yang tinggi) seperti penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia ’yang tidak bijaksana’, telah membawa kesadaran baru bagi segenap pihak yang berkepentingan dengan pembangunan pertanian untuk kembali menyusun strategi baru dalam menanggulangi dampak negatif, meskipun masih terdapat keragaman pada tingkat kesadaran. Salah satu wujud kesadaran tersebut adalah munculnya perencanaan agroekosistem yang kembali pada sistem pertanian organik.


II.  PERSPEKTIF PERTANIAN ORGANIK

Filofisofi pertanian organik menurut banyak kalangan adalah ”back to nature”, wacana yang mengemuka terhadap pemahaman filosofi tersebut bahwa budidaya pertanian organik dilakukan serba alami. Misalnya pemupukan menggunakan pupuk alami seperti pupuk kandang, pupuk hijau (tanaman polong-polongan) dan kompos. Pemanfaatan asam-asam organik, zat pengatur tumbuh (homon) organik. Pengendalian hama, penyakit tanaman dan gulma dilakukan secara biologis (rotasi tanaman, polikultur, agensia hayati), maupun fisik atau mekanis (perangkap hama).

A. Kendala Pemupukan Bahan Organik dalam Pertanian Organik
Pemahaman ”back to nature” tersebut adalah benar, tetapi aplikasi dilapangan kenyataannya masih menghadapi banyak kendala, terutama dalam hal sistem pemupukan menggunakan bahan organik. Kendala yang muncul antara lain: 
  1. Penyediaan Pupuk Organik. Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk organik sebagai sumber hara (nutrisi), utamanya bagi pemenuhan unsur mikro. Dalam sistem pertanian organik, ketersediaan hara bagi tanaman harus berasal dari pupuk organik semisal pupuk kandang, pupuk kompos dll. Padahal dalam pupuk organik tersebut kenyataan menunjukkan kandungan hara (nutrisi) per satuan berat kering bahan jauh dibawah  hara yang dihasilkan oleh pupuk anorganik (kimia). Kebutuhan atau dosis ideal penggunaan pupuk kandang adalah 20 – 40 ton/ha. Dengan dosis ideal setinggi itu ketersediaan pupuk kandang, kompos, maupun pupuk hijau tidak mencukupi, Sehingga petani kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar tanaman (minimum crop requirement) akan pupuk kandang dengan dosis ideal tersebut. Selain hal di atas juga dihadapkan pada tingginya biaya produksi (harga beli mahal, membutuhkan biaya transportasi dan tenaga kerja relatif tinggi) sehingga kurang praktis dan ekonomis.
  2. Kualitas pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos bervariasi sehingga sulit bagi petani untuk bisa membuat kualitas yang sesuai standarifikasinya.
  3. Berisiko mengandung bibit penyakit dan gulma, kompos yang berasal dari limbah industri dan rumah tangga sering mengandung logam berat dan bakteri coli yang berbahaya bagi kesehatan.
  4. Menghadapi persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh dan memanfaatkan sisa pertanaman dan limbah organik.
B. Strategi Pengembangan Pertanian Organik
Mempertimbangkan berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi dalam penerapan pertanian organik (identik dengan pupuk kandang atau kompos), ancaman penurunan produksi dan terus berkurangnya lahan-lahan produktif, serta tantangan dan tuntutan masa yang akan datang maka sudah saatnya kita harus menyempurnakan kembali pemaknaan ”bact to nature”, yaitu bahwa pertanian organik yang diterapkan harus tetap diimbangi dengan kekuatan teknologi disertai konsep strategi yang tepat.
Pertanian organik berteknologi harus tetap berprinsip tepat guna, praktis, menguntungkan secara ekonomi, mampu menjaga dan meningkatkan  produktivitas (aspek kuantitas dan kualitas), serta berkelanjutan menurut pertimbangan lingkungan (aspek kelestarian) dan harus didukung sistem distribusi pangan yang baik.
Dalam pertanian organik disamping komponen dan kesejarahan lahan, juga sistem budidaya tanaman (pola tanam, rotasi tanaman, perawatan, dll). Isu-isu yang sensitif dan sering diperdebatkan adalah menyangkut komponen yang mempengaruhi proses produksi pertanian itu sendiri, terutama komponen yang didalamnya terlibat campur tangan manusia (melibatkan industri agrokimia), antara lain pupuk kimia, pestisida kimia, Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) atau hormon tumbuh sintetis, dan bibit/benih transgenik. Berkaitan dengan hal tersebut, yang perlu dikaji bersama adalah :  

1. Pertanian organik belum dapat diterapkan secara murni, mengingat cukup banyak kendala yang dihadapi. Hal ini didukung fakta keilmuan dan kepentingan mendasar dalam mewujudkan ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan, antara lain :
  • Prinsip serapan hara (nutrisi) oleh tanaman yang punya zat hijau daun (chlorophil daun) adalah dalam bentuk mineral tersedia (bentuk ion-ion), tidak peduli mineral tersebut dari bahan organik (kompos, pupuk kandang), bahan an-organik alami (batuan mineral sebagai bahan induk pembentukan tanah), maupun bahan an-organik buatan (pupuk kimia). Bahan organik akan mengalami dekomposisi terlebih dahulu menjadi hara mineral tersedia, sedangkan bahan an-organik akan mengalami mineralisasi terlebih dahulu menjadi hara mineral tersedia. Gardner, et.al.(1985) menyatakan “samasekali dilupakan kenyataan bahwa hara atau nutrisi itu memasuki tumbuhan dalam bentuk ion-ion, tidak peduli apakah asal pupuk itu organik (pupuk kandang) ataupun anorganik (pupuk kimia). Filosofi kaku mengenai cara bertani/berkebun organik melupakan kenyataan bahwa tumbuhan tinggi itu autotrofik (dapat mensintesis semua penyusun pertumbuhan tubuh yang penting dari unsur-unsur dasar).”  
  • Pertimbangan mendasar hingga saat ini, bahwa khusus untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur N, P, dan K bahan organik hanya mampu mensuplai maksimal 5% dari total kebutuhan tanaman jika ingin dicapai produksi yang tinggi. Oleh karena itu masih diperlukan suplai dari pupuk an-organik khususnya unsur N, P dan K. Pupuk an-organik buatan dalam proses pembuatannya (skala pabrikasi) melibatkan zat atau senyawa sintesis/kimia. Unsur hara utama N, P, dan K tetap sangat dibutuhkan tanaman untuk menopang produktivitas tanaman, tetapi zat atau senyawa sintesisnya-lah (filler) yang nyata-nyata berdampak pada penurunan kualitas kesuburan lahan pertanian. Dampak dari zat ataupun senyawa sintesis ini sebenarnya bisa diatasi dengan asam-asam organik (misal : humat, vulvat) yang berasal dari bahan/pupuk organik. Sehingga tidak bijaksana apabila secara langsung melarang penggunaan pupuk an-organik (kimia) pada sistem pemupukan. Solusi alternatif yang bisa diambil adalah bahwa penggunaan pupuk an-organik (kimia) harus selalu diimbangi dengan penggunaan bahan/pupuk organik (pemupukan berimbang). Sejalan dengan proses pembangunan kesuburan tanah menggunakan pupuk organik akan meningkatkan kesuburan biologi tanah, dan secara berangsur kebutuhan pupuk an-organik yang berkadar hara tinggi dapat dikurangi.  
  • Perpaduan budidaya organik dan an-organik (kimia) disebut Integrated Plant Nutrition Sistem (IPNS). Sistem ini sudah mulai dikembangkan oleh FAO dan diterapkan di beberapa negara di kawasan Asia dan Pasifik. Integrated Plant Nutrition Sistem (IPNS), adalah sistem perpaduan pupuk organik dan pupuk an-organik, tetapi secara berangsur kebutuhan pupuk an-organik yang berkadar hara tinggi dapat dikurangi. Dalam IPNS penggunaan pupuk organik bertujuan jangka panjang untuk membangun suplai cadangan nutrisi dalam tanah yang baik dan mantap. Penggunaan pupuk an-organik bertujuan jangka pendek untuk memasok hara secara cepat sambil menunggu berfungsinya suplai cadangan nutrisi hara yang efektif secara berkelanjutan. Disamping itu penggunaan pupuk an-organik yang diimbangi dengan pupuk organik, maka degradasi/kerusakan lahan dapat diminimalisir bahkan teratasi.  
  • Dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman sesuai dengan sistem PHT (Pengelolaan Hama Terpadu). Dalam sistem PHT penggunaan pestisida kimia tidak dilarang, hanya dijadikan tahap pengendalian paling akhir jika terpaksa harus dilakukan (karena bagaimanapun juga petani harus panen, kecuali diterapkan jaminan kompensasi gagal panen). Tetapi penggunaan pestisida kimia pun harus tetap memperhatikan petunjuk aplikasi yang bijaksana. Sebelum tahap pengendalian menggunakan pestisida kimia, prosedur pengendalian harus melalui tahap : (1) Pengendalian dengan menggunakan varitas tahan; (2) Pengendalian dengan sistem budidaya yang benar (olah tanah, jarak tanam, pemupukan, sanitasi, dll); (3) Pengendalian secara fisik dan mekanis (perangkap hama); (4) Pengendalian secara hayati (agens hayati, pestisida nabati, dll).
  • Keempat prosedur tersebut harus terlebih dahulu dilakukan, sebelum menggunakan pestisida kimia. Namun demikian tetap dihimbau agar kita sebisa mungkin cukup sampai tahap pengendalian hayati selama kerusakan belum mencapai ambang ekonomi, karena sesungguhnya alam sudah tercipta secara seimbang (rantai makanan), sehingga yang perlu dilakukan adalah menjaga keseimbangan ekosistem.  
  • Dalam penggunaan hormon tumbuh atau Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), sebaiknya gunakanlah ZPT organik. Penggunaan ZPT sintesis yang ‘tidak bijaksana’ juga bisa berpengaruh negatif pada tanaman itu sendiri, semisal umur produktif tanaman menjadi semakin pendek.  
  • Penggunaan bibit atau benih sebisa mungkin bukan bibit/benih hasil transgenik. Karena saat ini banyak pakar pertanian di dunia sangat mengkhawatirkan dampak jangka panjangnya. Dan saat ini pun, perdebatan seputar transgenik masih menjadi isu menarik bagi ilmuwan, potitikus hingga praktisi.  
2. Solusi tekonologi PT. NATURAL NUSANTARA (NASA), meliputi pupuk dan hormon organik,  serta pengendali alami hama dan penyakit tanaman.
  • Produk pupuk organik dari PT. NATURAL NUSANTARA antara lain POC (Pupuk Organik Cair) NASA, (Pupuk Organik Cair) BINTANG TANI, POP (Pupuk Organik Padat) SUPERNASA dan SUPERNASA GRANUL, POP POWER NUTRITION, (Pupuk Organik Serbuk) GREENSTAR. Produk pupuk-pupuk organik PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) memenuhi tuntutan aspek K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian). Secara umum teknologi pupuk dari PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) disamping organik murni juga mampu menggantikan peran pupuk kandang dalam hal kelengkapan unsur hara, khususnya pemenuhan unsur hara mikro. Misalnya satu liter POC NASA setara dengan satu ton (1.000 kg) pupuk kandang, khususnya dalam hal unsur hara mikronya. Secara kuantitas dan kontinuitas (keberlanjutan),  ketersedian bahan baku (material raw) Pupuk Organik NASA mampu mencukupi kebutuhan total luas lahan di seluruh Indonesia dalam jangka waktu sangat lama (16.000 tahun), hanya dengan menggunakan 30% saja deposit sumber bahan baku alami sehingga masih cukup banyak tersisa (70%) untuk kebutuhan dunia termasuk Brunei. Produk pupuk-pupuk organik PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) juga sudah diperkaya dengan kandungan hormon tumbuh tanaman alami, enzym, asam amino, dan asam-asam organik.
  • Produk Hormon Tumbuh Tanaman (Growt Hormone) organik. Produk hormon tumbuh (ZPT) dari PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) adalah HORMONIK yang berfungsi memacu pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan tanaman sehingga mendapatkan hasil panen yang optimal. HORMONIK mengandung Zat pengatur Tumbuh Organik terutama IAA (Auksin, Giberelin dan Sitokinin) yang di formulasikan dari bahan-bahan alami, bisa untuk semua jenis tanaman juga tidak membahayakan bagi kesehatan manusia maupun binatang.
  • Produk Pengendali Alami Hama dan Penyakit Tanaman
Sumber Bahan Baku Nama Produk
Sasaran Utama




Tanaman Berkhasiat
1. PESTONA



2. PENTANA

3. METILAT
Ulat, wereng, 
Penggerek batang,
walang sangit, dll

Hama kutu-kutuan, ulat

Perangkap Hama khususnya serangga
Mikroorganisme :
  1. Jamur
-    Gliocladium Sp. dan Trichoderma sp.

-    Beveria bassiana Sp.



  1. Virus


Glio


BVR


VITURA



VIREXI


Layu (fusarium, sp) Rebah semai atau
(Phytium Sp), dll.
Walang sangit,
kutu-kutuan, wereng dll

Spodoptera litura
(Ulat grayak pada cabe, tomat, kacang, dll.)

Spodoptera exigua
(Ulat grayak pada bawang-bawangan)

Jika terpaksa harus dilakukan pengendalian menggunakan pestisida kimia maka untuk mengurangi jumlah pestisida kimia yang digunakan dengan tidak menurunkan tingkat efektifitasnya maka perlu dicampur perekat, perata dan pembasah. Berkaitan dengan hal itu PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) memberikan solusi produk organik perekat, perata dan pembasah AERO810.


III. TRACK RECORD PT. NATURAL NUSANTARA (NASA)

A. TEKNOLOGI SUDAH TERUJI
“Juri” / “penilai” terbaik dan paling obyektif adalah tanaman, ternak dan ikan itu sendiri. Produk NASA sudah teruji  secara multi komoditi, multi lokasi dan multi  waktu. Multi komoditi : teknologi NASA telah digunakan di semua jenis komoditas  pertanian (tanaman pangan – hortikultura – perkebunan - kehutanan), peternakan (ternak ruminansia - ternak non ruminansia - unggas)  dan perikanan (perikanan air tawar - air payau) dengan hasil sangat memuaskan baik dari sisi produksi maupun ekonominya. Multi lokasi : teknologi NASA telah digunakan di seluruh wilayah Indonesia  (dan beberapa negara lain seperti Malaysia, Brunei Darussalam, USA, Jerman dll) di berbagai jenis tanah, berbagai ketinggian (dataran rendah – tinggi), berbagai kondisi tanah (tanah basah – kering) dengan tingkat kesesuaian teknologi yang baik di semua lokasi tersebut. Multi waktu : teknologi NASA telah digunakan secara internal perusahaan sejak 1990 (21 tahun hingga kini) dan secara lebih luas khususnya di Indonesia sejak 1996 (15 tahun hingga kini).

Semua hasil lapangan tersebut di atas telah didokumenkan secara tertulis maupun visual (vcd). Tersedia vcd kesaksian keberhasilan produksi dan kesuksesan petani dari berbagai komoditi dan wilayah di Indonesia.

B. DUKUNGAN RISET & DEVELOPMENT
Selalu dilakukan penelitian dan pengembangan oleh ahli-ahli riset NASA GROUP secara terus menerus untuk tetap selalu menghasilkan inovasi-inovasi teknologi yang lebih inovatif dan baik lagi.

C. LENGKAP VARIAN TEKNOLOGI/PRODUK
  • Khusus produk pupuk organik, NASA GROUP memiliki varian produk terlengkap di Indonesia saat ini baik dalam bentuk cair, padat, serbuk ataupun granule.
  • NASA GROUP juga memiliki produk-produk alami pengendali hama-penyakit tanaman yang dibuat dengan beberapa teknologi misal berbasis ekstrak tanaman tertentu, berbasis jamur dan berbasis virus yang telah memiliki sertifikasi dari komisi pestisida nasional Indonesia.
  • NASA GROUP juga memiliki produk-produk alami  untuk peternakan dan perikanan
  • NASA GROUP juga memiliki berbagai benih holtikultura
  • NASA GROUP juga memilki teknologi produk untuk penanganan limbah padat berbahaya untuk selanjutnya dijadikan pupuk organic yang berkualitas.
  • NASA GROUP juga memilki teknologi produk untuk revegetasi lahan yang rusak, misalnya lahan bekas tambang.
D. KELENGKAPAN GROUP SUPPORT
  • NASA adalah suatu group yang lengkap yang meliputi hulu hingga hilir mulai penelitian dan pengembangan (in house laboratory) , uji di laboratorium lapangan, produksi,  marketing dan pelayanan, hingga konsultasinya.
  • NASA GROUP satu-satunya perusahaan di Indonesia yang memiliki dukungan laboratorium alam khususnya di tempat ekstrim (sangat sulit) seperti di pinggir laut  (Pantai Pandansimo, Kabupaten Bantul, Propinsi Daearah Istimewa Yogyakarta) dimana semua jenis tanaman (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan) ditanam dan dapat hidup serta berproduksi  dengan baik tanpa sama-sekali menggunakan pupuk kandang, mencampur lahan pasir pantai dengan tanah normal  dengan hanya menggunakan teknologi dan produk NASA GROUP saja. 
  • NASA GROUP telah hadir di seluruh wilayah Indonesia
  • Penyediaan layanan konsultasi gratis melalui multimedia (website, sms, facebook dll.) serta pelayanan di lapangan jika memang harus diperlukan.
  • NASA GROUP memberikan pelayanan penghijauan kembali (re-vegetasi) untuk lahan-lahan yang rusak misal areal bekas pertambangan
  • NASA GROUP memberikan teknologi penetralan limbah-limbah yang merugikan/mencemari lingkungan hidup seperti limbah tambang, pabrik dll.
  • NASA GROUP memberikan pelayanan konsultasi (konsep – pelaksanaan) untuk program-program pengembangan perkebunan pangan (food estate) terpadu .
E. PIONEER  DAN MAIN STREAM
NASA GROUP adalah salah satu pioneer (perintis) dan menjadi main steram (acuan) untuk hal pertanian dan produk-produk teknologi organik di Indonesia hingga saat ini.

F. LEGALITAS
  • NASA GROUP adalah perusahaan yang legal dengan segala perijinan perusahaan yang disyaratkan di Indonesia.
  • Produk-produk NASA GROUP telah memiliki  ijin resmi yang dipersyaratkan di Indonesia.
  • Untuk teknologi pengendalian hama dan penyakit beberapa produk nasa telah mendapatkan  sertifikat nasional dari komisi pestisida nasional RI
G. Distribusi
NASA GROUP telah hadir di berbagai Wilayah di Seluruh Indonesia
   
H. BEBERAPA EVENT LAPANGAN
  • PANEN RAYA PADI (102 ha) Oleh  Presiden Republik Indonesia (Bapak Susilo Bambang Yudoyono) di Jawa Tengah menggunakan teknologi Organik NASA
  • Panen Raya Jagung Oleh Gubenur Gorontolo (Bapak Fadel Muhamad) di Gorontalo
  • Panen Raya Tebu Oleh Gubenur DIY diwakili Wakil Gubenur (Bapak Sri Pakualam IX) di Yogyakarta.
  • Beberapa Panen Raya padi oleh Bupati/wakil Bupati  di beberapa wilayah Indonesia.
  • Kunjungan dan Study Banding oleh Menteri Pertanian RI  (Bapak Anton Apriantono), Beberapa pejabat lokal daerah dari berbagai wilayah Indonesia (Bupati, wakil bupati, kepala dinas, DPR kabupaten-propinsi-pusat), beberapa tamu dari luar negeri (Malaysia, USA, Jerman dll)  ke Laboratorium Alam Group NASA di Pantai Pandansimo,Bantul, DIY. 
  • KONSULTAN untuk Program MIFE (MERAUKE INTEGRATED FOOD ESTATE) di Kabupaten Merauke , Papua
  • KONSULTAN untuk Program CORN FOOD ESTATE  di Serawak, Malaysia
  • Suplayer Organik Produk untuk Perkasa Trading (SEDCO) Sabah, Malaysia
  • Konsultan pemupukan organik  perkebunan Sawit SABAMAJU Sdn. Bhd.
  • Penanganan Limbah pabrik perusahaan farmasi/obat-obatan PT. KIMIA FARMA
  • Penanganan limbah Minyak bumi PT. MEDCO GROUP DI Sembakung Kalimantan Timur
  • Revegetasi untuk program pemberdayaan masyarakat di PT.INCO, SOROAKO, SULAWESI
  • Dan beberapa Event lainnya.

IV.   PENUTUP

Ketahanan pangan dunia adalah tanggung jawab bersama semua negara, untuk itu mari kita wujudkan ketahanan pangan dunia dengan melalui terwujudnya swasembada pangan di setiap negara. PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) telah menyiapkan paket teknologi yang sudah teruji secara multi waktu, multi lokasi dan multi komoditas untuk membantu terciptanya swasembada pangan. Dengan terwujudnya swasembada pangan tentunya kita telah berupaya mewariskan sesuatu yang sangat bermakna dan berharga bagi anak dan cucu kita sebagai generasi penerus bangsa.

PUPUK : KIMIA vs ORGANIK vs HAYATI

Oleh : Joni Riyanto (PT. NATURAL NUSANTARA)

Pupuk kimia, organik dan hayati (bio) sebenarnya saling melengkapi, bukan untuk di pertentangkan ataupun dianggap lawan. Karena kesuburan tanah mencakup kesuburan kimia, biologi dan fisika, sehingga ketiga kategori pupuk tersebut mempunyai peran masing-masing dan saling sinergi. Hanya saja strategi, motode maupun promosi bisnis yang sering sekali tidak merujuk bahkan keluar dari ranah keilmuan, membuat petani bingung dan malah dimanfaatkan untuk dibodohi serta dirugikan.

Pupuk Kimia berupa hara (bentuk ion) dibutuhkan secara langsung oleh tanaman untuk mencukupi kebutuhan unsur makro. Hanya saja pupuk kimia memang membawa efek samping berupa pengerasan tanah maupun beberapa dampak lingkungan lainnya. Tetapi bukan pupuk kimia yang salah, kesalahannya karena pupuk kimia tidak diimbangi pupuk organik. Asam-asam organik seperi humat dan vulfat dalam pupuk organik mampu mencegah dampak negatif tersebut. Solusinya selama masih mau pakai pupuk kimia tentu wajib pakai pupuk organik.

Pupuk Organik mempunyai kelengkapan unsur, tetapi kadar unsur makro yang tersedia (bisa diserap tanaman) tergolong rendah, sehingga kadang perlu tambahan pupuk kimia. Sebenarnya tergantung orientasinya, jika orientasi produksi tinggi sebaiknya tambahkan pupuk kimia, tetapi jika orientasinya pasar organik murni tentu tdk harus pakai pupuk kimia (sesuai sertifikasi yang dirujuk).

Pupuk Organik bermanfaat secara langsung melalui kandungan hara-nya maupun meningkatkan Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) tanah yang akan membantu tingkat penyerapan unsur. Asam-asam organik juga mampu menjadi buffering (penyangga) pH tanah, jadi pH rendah (asam) bisa ditingkatkan sedangkan pH tinggi (basa) bisa diturunkan. Hal ini terjadi karena pengaruh rantai karbon (C-Organik) dan reaksi yang menyertainya.

Secara tidak langsung,pupuk organik melalui perannya membantu memperbaiki kesuburan fisika dan biologi tanah.

Ditinjau dari kesuburan fisika tanah: Asam-asam organik akan mampu memperbaiki keremahan/kegemburan atau keseimbangan pori makro dan mikro tanah (agregasi) sehingga memperbaiki sirkulasi oksigen untuk pernafasan akar (respirasi akar) dan kebutuhan udara bagi mikrobia tanah (pupuk hayati).

Ditinjau dari Kesuburan Biologi Tanah: Pupuk organik juga bermanfaat menyediakan nutrisi bagi mikrobia tanah (pupuk hayati), dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi mikrobia tanah (pupuk hayati) sepeti suhu dan kelembaban tanah, kelengasan tanah,dll.

Pupuk Hayati (Bio) yang bahan aktifnya berupa mikrobia/mikroorganisme, tingkat kebutuhan dan manfaat masih fleksibel tergantung tingkat jumlah dan keragaman mikroorganisme yang ada dalam suatu habitat tanah (mikrobia insitu). Jika pada suatu lahan mikrobianya sedikit atau punah memang perlu tambahan pupuk hayati (mikrobia eksitu). Tetapi jika mikrobia insitu masih cukup maka tidak selalu aplikasi pupuk hayati (mikrobia eksitu) akan memberikan pengaruh yang signifikan.

Mikrobia (pupuk hayati) akan bermanfaat atau mampu bertahan hidup dan berkembang jika didukung lingkungan yang kondusif. Misalnya bahan organik harus cukup,tidak terjadi perubahan iklim yang ekstrim, tidak terkontaminasi racun pestisida dan herbisida, kesuburan fisika tanah cukup ideal, dll. Tetapi fakta yang ada sering sekali terjadi sebaliknya. Tanah sawah di Jawa kadar bahan organiknya dalam kondisi kritis (dibawah 2% dari idealnya 5%) sehingga kurang mendukung thd mikrobia. Budaya petani yg instan pakai pestisida dan herbisida kimia yang tdk bijaksana berpotensi membunuh mikrobia, global warming (pemanasan global) menjadi fenomena sering terjadi iklim yang ekstrim shg sering menjadi pemicu kematian mikrobia. Maka waspada dan berhati-hatilah jika pakai pupuk hayati agar tidak mubadzir.

Tingkat keterampilan dan pegetahuan, pola pikir, dan mental petani yang belum bisa memahami dan menerima ilmu tentang mikrobia (pupuk hayati) memerlukan perhatian dan kerja ekstra intensif untuk sosialisasi dan men-adopsi-kan pupuk mikrobia. Ketentuan pupuk hayati ada masa kadaluarsonya, lahan tdk boleh tergenang air dlm waktu lama,jika hujan ekstrim sebaiknya dilakukan pengulangan apikasi pupuk hayati, jika pakai pupuk hayati jangan terkena atau tercampur pestisida atau herbisida kimia, beberapa contoh ketentuan tersebut sering diremehkan, tidak dihiraukan bahkan dilanggar petani. Maka sering terjadi petani merasakan seolah tertipu oleh pupuk hayati, padahal belum tentu pupuk hayati atau distributornya yang salah. Tapi apakah terus bisa menyalahkan petani begitu saja ??!!!

Pupuk hayati berbahan aktif mikrobia (eksitu) sebagai mahkluk hidup tentunya secara alami akan tetap dan terus ingin bertahan hidup dan berkembang. Hal inilah yang kemudian muncul pendapat dan analisa bahwa pupuk hayati bisa berpotensi mengalahkan mikrobia insitu (mikrobia lokal/pribumi). Jika sampai hal ini terjadi, tentu keanekaragaman hayati dalam konteks kearifan lokal menjadi terancam. Selanjutnya sebagai mikrobia eksitu (pendatang) belum tentu mempunyai kekuatan adaptasi terhadap habitat barunya, sehingga jika terjadi perubahan iklim yg ekstrim maka mikrobia eksitu lebih berpotensi akan mati, padahal mikrobia insitu sebelumya telah kalah dan punah. Maka tanah atau lahan tersebut berpotensi berkurang kesuburan biologi-nya, dan yang lebih parah lagi akan hilang keanekaragaman hayatinya.

Dalam hal ini, memang benar bahwa pupuk kimia, pupuk organik dan pupuk hayati saling melengkapi dan bisa bersinergi. Ditinjau dari teknis aplikasi pupuk organiklah yang mempunyai tingkat manfaat lebih menyeluruh, mudah dan lebih fleksibel aplikasinya.

Pupuk hayati bukan tidak bermanfaat tetapi tidak sefleksibel pupuk organik, dan ada potensi kendala teknis aplikasi dan psikologi budaya petani, maupun pemenuhan syarat lingkungan. Bahkan secara keilmuan, pupuk hayati masih membutuhkan pengkajian lebih intensif dan mendalam.

Jika mengingat potensi dan peluang keberadaan mikrobia anah (insitu) sepertinya masih tetap ada dan bisa kita temukan mikrobia dalam tanah. Logikanya seharusnya sedikit apapun jumlah populasi dan keragaman mikrobia insitu, harusnya mikrobia insitu tersebut yang didukung dan dibantu untuk tetap bertahan hidup dan berkembang. Maka solusinya.....

"APLIKASIKANLAH MUTLAK / WAJIB PUPUK ORGANIK, DAN TIDAK HARUS PAKAI PUPUK HAYATI".

JANGAN SAMPAI PUPUK HAYATI TERDOKTRIN SEBAGAI SEBUAH "MITOS" SAJA.

Semoga bermanfaat....
 

Pengiriman

Pengiriman

Pembayaran

Pembayaran

PT. NASA

PT. NASA

Marketing

Marketing