Oleh : Joni Riyanto (PT. NATURAL NUSANTARA)
Pupuk kimia, organik dan hayati (bio) sebenarnya
saling melengkapi, bukan untuk di pertentangkan ataupun dianggap lawan.
Karena kesuburan tanah mencakup kesuburan kimia, biologi dan fisika,
sehingga ketiga kategori pupuk tersebut mempunyai peran masing-masing
dan saling sinergi. Hanya saja strategi, motode maupun promosi bisnis
yang sering sekali tidak merujuk bahkan keluar dari ranah keilmuan,
membuat petani bingung dan malah dimanfaatkan untuk dibodohi serta
dirugikan.
Pupuk Kimia berupa hara (bentuk ion)
dibutuhkan secara langsung oleh tanaman untuk mencukupi kebutuhan unsur
makro. Hanya saja pupuk kimia memang membawa efek samping berupa
pengerasan tanah maupun beberapa dampak lingkungan lainnya. Tetapi bukan
pupuk kimia yang salah, kesalahannya karena pupuk kimia tidak diimbangi
pupuk organik. Asam-asam organik seperi humat dan vulfat dalam pupuk
organik mampu mencegah dampak negatif tersebut. Solusinya selama masih
mau pakai pupuk kimia tentu wajib pakai pupuk organik.
Pupuk
Organik mempunyai kelengkapan unsur, tetapi kadar unsur makro yang
tersedia (bisa diserap tanaman) tergolong rendah, sehingga kadang perlu
tambahan pupuk kimia. Sebenarnya tergantung orientasinya, jika orientasi
produksi tinggi sebaiknya tambahkan pupuk kimia, tetapi jika
orientasinya pasar organik murni tentu tdk harus pakai pupuk kimia
(sesuai sertifikasi yang dirujuk).
Pupuk Organik bermanfaat secara langsung melalui kandungan hara-nya maupun meningkatkan Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) tanah yang akan membantu tingkat penyerapan unsur. Asam-asam organik juga mampu menjadi buffering (penyangga) pH tanah, jadi pH rendah (asam) bisa ditingkatkan sedangkan pH tinggi (basa) bisa diturunkan. Hal ini terjadi karena pengaruh rantai karbon (C-Organik) dan reaksi yang menyertainya.
Secara tidak langsung,pupuk organik melalui perannya membantu memperbaiki kesuburan fisika dan biologi tanah.
Ditinjau dari kesuburan fisika tanah:
Asam-asam organik akan mampu memperbaiki keremahan/kegemburan atau
keseimbangan pori makro dan mikro tanah (agregasi) sehingga memperbaiki
sirkulasi oksigen untuk pernafasan akar (respirasi akar) dan kebutuhan
udara bagi mikrobia tanah (pupuk hayati).
Ditinjau dari Kesuburan Biologi Tanah:
Pupuk organik juga bermanfaat menyediakan nutrisi bagi mikrobia tanah
(pupuk hayati), dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi mikrobia
tanah (pupuk hayati) sepeti suhu dan kelembaban tanah, kelengasan
tanah,dll.
Pupuk Hayati (Bio)
yang bahan aktifnya berupa mikrobia/mikroorganisme, tingkat kebutuhan
dan manfaat masih fleksibel tergantung tingkat jumlah dan keragaman
mikroorganisme yang ada dalam suatu habitat tanah (mikrobia insitu).
Jika pada suatu lahan mikrobianya sedikit atau punah memang perlu
tambahan pupuk hayati (mikrobia eksitu). Tetapi jika mikrobia insitu masih cukup maka tidak selalu aplikasi pupuk hayati (mikrobia eksitu) akan memberikan pengaruh yang signifikan.
Mikrobia (pupuk hayati)
akan bermanfaat atau mampu bertahan hidup dan berkembang jika didukung
lingkungan yang kondusif. Misalnya bahan organik harus cukup,tidak
terjadi perubahan iklim yang ekstrim, tidak terkontaminasi racun
pestisida dan herbisida, kesuburan fisika tanah cukup ideal, dll. Tetapi
fakta yang ada sering sekali terjadi sebaliknya. Tanah sawah di Jawa
kadar bahan organiknya dalam kondisi kritis (dibawah 2% dari idealnya
5%) sehingga kurang mendukung thd mikrobia. Budaya petani yg instan
pakai pestisida dan herbisida kimia yang tdk bijaksana berpotensi
membunuh mikrobia, global warming (pemanasan global) menjadi fenomena sering terjadi iklim yang ekstrim shg sering menjadi pemicu kematian mikrobia. Maka waspada dan berhati-hatilah jika pakai pupuk hayati agar tidak mubadzir.
Tingkat
keterampilan dan pegetahuan, pola pikir, dan mental petani yang belum
bisa memahami dan menerima ilmu tentang mikrobia (pupuk hayati)
memerlukan perhatian dan kerja ekstra intensif untuk sosialisasi dan
men-adopsi-kan pupuk mikrobia. Ketentuan pupuk hayati ada masa
kadaluarsonya, lahan tdk boleh tergenang air dlm waktu lama,jika hujan
ekstrim sebaiknya dilakukan pengulangan apikasi pupuk hayati, jika pakai
pupuk hayati jangan terkena atau tercampur pestisida atau herbisida
kimia, beberapa contoh ketentuan tersebut sering diremehkan, tidak
dihiraukan bahkan dilanggar petani. Maka sering terjadi petani merasakan
seolah tertipu oleh pupuk hayati, padahal belum tentu pupuk hayati atau
distributornya yang salah. Tapi apakah terus bisa menyalahkan petani
begitu saja ??!!!
Pupuk hayati berbahan aktif mikrobia (eksitu)
sebagai mahkluk hidup tentunya secara alami akan tetap dan terus ingin
bertahan hidup dan berkembang. Hal inilah yang kemudian muncul pendapat
dan analisa bahwa pupuk hayati bisa berpotensi mengalahkan mikrobia
insitu (mikrobia lokal/pribumi). Jika sampai hal ini terjadi, tentu
keanekaragaman hayati dalam konteks kearifan lokal menjadi terancam.
Selanjutnya sebagai mikrobia eksitu (pendatang) belum tentu mempunyai
kekuatan adaptasi terhadap habitat barunya, sehingga jika terjadi
perubahan iklim yg ekstrim maka mikrobia eksitu lebih berpotensi akan
mati, padahal mikrobia insitu sebelumya telah kalah dan punah. Maka
tanah atau lahan tersebut berpotensi berkurang kesuburan biologi-nya,
dan yang lebih parah lagi akan hilang keanekaragaman hayatinya.
Dalam
hal ini, memang benar bahwa pupuk kimia, pupuk organik dan pupuk hayati
saling melengkapi dan bisa bersinergi. Ditinjau dari teknis aplikasi
pupuk organiklah yang mempunyai tingkat manfaat lebih menyeluruh, mudah
dan lebih fleksibel aplikasinya.
Pupuk
hayati bukan tidak bermanfaat tetapi tidak sefleksibel pupuk organik,
dan ada potensi kendala teknis aplikasi dan psikologi budaya petani,
maupun pemenuhan syarat lingkungan. Bahkan secara keilmuan, pupuk hayati
masih membutuhkan pengkajian lebih intensif dan mendalam.
Jika mengingat potensi dan peluang keberadaan mikrobia anah (insitu) sepertinya
masih tetap ada dan bisa kita temukan mikrobia dalam tanah. Logikanya
seharusnya sedikit apapun jumlah populasi dan keragaman mikrobia insitu,
harusnya mikrobia insitu tersebut yang didukung dan dibantu untuk tetap
bertahan hidup dan berkembang. Maka solusinya.....
"APLIKASIKANLAH MUTLAK / WAJIB PUPUK ORGANIK, DAN TIDAK HARUS PAKAI PUPUK HAYATI".
JANGAN SAMPAI PUPUK HAYATI TERDOKTRIN SEBAGAI SEBUAH "MITOS" SAJA.
Semoga bermanfaat....