Oleh : Joni Riyanto (PT. NATURAL NUSANTARA)
I. GO ORGANIC : ALTERNATIF SOLUSI KRISIS PANGAN GLOBAL
Hari
Pangan se-Dunia setiap tahun diperingati banyak negara di Dunia.
Tradisi peringatan hari pangan itu sekaligus untuk mengenang hari jadi
Organisasi Pangan Dunia (FAO=Food and Agricultural Organization),
yang jatuh pada 16 Oktober. Menurut catatan PBB, pada saat ini tidak
kurang dari 5 juta jiwa baru lahir ke dunia tiap 10 hari, dan
diperkirakan pada 2050 jumlah penghuni bumi mencapai 9,2 milyar jiwa.
Dari segi pangan, dengan mudah dapat dibayangkan betapa besarnya
kebutuhan dunia untuk menyediakan bahan pangan yang tidak saja jumlahnya
mencukupi, melainkan juga memenuhi standar nutrisi.
Josette Sheeran, Direktur Eksekutif WFP (World Food Program) yaitu badan PBB yang mengurusi pangan dunia dalam pertemuan soal krisis pangan di London bahkan pernah menyatakan bahwa "Silent Tsunami"
saat ini tengah menggulung banyak negara di dunia. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan peringatan keras kepada dunia tentang parahnya kondisi
pangan di berbagai belahan bumi. Karena "Silent Tsunami",
lebih dari 100 juta orang di setiap kontinen/benua terancam kelaparan.
Seperti terjadinya tsunami pada tahun 2004 di negara-negara sekitar
Samudera Hindia yang menewaskan hingga jutaan orang, meroketnya harga
pangan saat ini menuntut adanya respons secara global.
Respon
utama terhadap ancaman krisis pangan global tentunya dengan membangun
komitmen setiap bangsa atau negara untuk memenuhi ketahanan pangan bagi
rakyatnya. Ketahanan pangan suatu negara dapat ditempuh melalui jalur
impor pangan atau swasembada pangan. Hanya saja, ketergantungan pada
pangan impor akan membawa resiko tinggi bagi suatu negara. Pasokan
pangan impor dapat terhenti secara tiba-tiba misalnya karena embargo,
instabilitas politik, perang, bencana alam, ataupun kebijakan
perdagangan suatu negara. Belum lagi adanya fakta ancaman global warming dan kebijakan banyak negara produsen pangan mengkonversi bahan bakar fosil ke bahan bakar nabati (bio-fuel),
hal ini terbukti mempengaruhi stok pangan dunia dan berdampak pada
terus melambungnya harga pangan dunia. Beberapa resiko tersebut
mendorong setiap negara menempuh jalur swasembada pangan sebagai dasar
untuk mencapai kemandirian pangan tanpa tergantung dari negara lain
sehingga dapat tercipta kemandirian suatu bangsa.
Swasembada
pangan dapat ditempuh dengan modernisasi pertanian melalui
intensifikasi pertanian, antara lain memanfaatkan berbagai jenis
teknologi berbahan dasar kimia sintetis (pupuk kimia, hormon kimia,
pestisida kimia, dll.). Tetapi sejarah panjang intensifikasi pertanian
yang diterapkan oleh hampir semua negara produsen pangan, telah
berujung pada stagnasi produksi, kerusakan ekosistem pertanian, dan
membengkaknya biaya produksi.
Studi
kasus di Indonesia bahwa sejak akhir tahun delapan puluhan, mulai
tampak terjadinya kelelahan pada tanah dan penurunan produktivitas pada
hampir semua jenis tanaman yang diusahakan. Produksi tanaman tidak
menunjukkan kecenderungan meningkat walaupun telah digunakan varietas
unggul yang memerlukan pemeliharaan dan pemupukan secara intensif
melalui bermacam-macam paket teknologi. Malah sebaliknya telah berdampak
antara lain meningkatnya degradasi lahan (fisik, kimia dan biologis),
meningkatnya residu pestisida dan gangguan serta resistensi hama
penyakit dan gulma, berkurangnya keanekaragaman hayati, serta
terganggunya kesehatan masyarakat sebagai akibat dari pencemaran
lingkungan.
Fakta-fakta tersebut menjelaskan bahwa praktek pertanian dengan hight eksternal input (input luar yang tinggi) seperti penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia ’yang tidak bijaksana’,
telah membawa kesadaran baru bagi segenap pihak yang berkepentingan
dengan pembangunan pertanian untuk kembali menyusun strategi baru dalam
menanggulangi dampak negatif, meskipun masih terdapat keragaman pada
tingkat kesadaran. Salah satu wujud kesadaran tersebut adalah munculnya
perencanaan agroekosistem yang kembali pada sistem pertanian organik.
II. PERSPEKTIF PERTANIAN ORGANIK
Filofisofi pertanian organik menurut banyak kalangan adalah ”back to nature”,
wacana yang mengemuka terhadap pemahaman filosofi tersebut bahwa
budidaya pertanian organik dilakukan serba alami. Misalnya pemupukan
menggunakan pupuk alami seperti pupuk kandang, pupuk hijau (tanaman
polong-polongan) dan kompos. Pemanfaatan asam-asam organik, zat pengatur
tumbuh (homon) organik. Pengendalian hama, penyakit tanaman dan gulma
dilakukan secara biologis (rotasi tanaman, polikultur, agensia hayati),
maupun fisik atau mekanis (perangkap hama).
A. Kendala Pemupukan Bahan Organik dalam Pertanian Organik
Pemahaman ”back to nature”
tersebut adalah benar, tetapi aplikasi dilapangan kenyataannya masih
menghadapi banyak kendala, terutama dalam hal sistem pemupukan
menggunakan bahan organik. Kendala yang muncul antara lain:
- Penyediaan Pupuk Organik. Pertanian
organik mutlak memerlukan pupuk organik sebagai sumber hara (nutrisi),
utamanya bagi pemenuhan unsur mikro. Dalam sistem pertanian organik,
ketersediaan hara bagi tanaman harus berasal dari pupuk organik semisal
pupuk kandang, pupuk kompos dll. Padahal dalam pupuk organik tersebut
kenyataan menunjukkan kandungan hara (nutrisi) per satuan berat kering
bahan jauh dibawah hara yang dihasilkan oleh pupuk anorganik (kimia).
Kebutuhan atau dosis ideal penggunaan pupuk kandang adalah 20 – 40
ton/ha. Dengan dosis ideal setinggi itu ketersediaan pupuk kandang,
kompos, maupun pupuk hijau tidak mencukupi, Sehingga petani kesulitan
untuk memenuhi kebutuhan dasar tanaman (minimum crop requirement) akan pupuk kandang dengan dosis ideal tersebut. Selain
hal di atas juga dihadapkan pada tingginya biaya produksi (harga beli
mahal, membutuhkan biaya transportasi dan tenaga kerja relatif tinggi)
sehingga kurang praktis dan ekonomis.
- Kualitas
pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos bervariasi sehingga sulit bagi
petani untuk bisa membuat kualitas yang sesuai standarifikasinya.
- Berisiko
mengandung bibit penyakit dan gulma, kompos yang berasal dari limbah
industri dan rumah tangga sering mengandung logam berat dan bakteri coli
yang berbahaya bagi kesehatan.
- Menghadapi persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh dan memanfaatkan sisa pertanaman dan limbah organik.
B. Strategi Pengembangan Pertanian Organik
Mempertimbangkan
berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi dalam penerapan pertanian
organik (identik dengan pupuk kandang atau kompos), ancaman penurunan
produksi dan terus berkurangnya lahan-lahan produktif, serta tantangan
dan tuntutan masa yang akan datang maka sudah saatnya kita harus
menyempurnakan kembali pemaknaan ”bact to nature”, yaitu bahwa
pertanian organik yang diterapkan harus tetap diimbangi dengan kekuatan
teknologi disertai konsep strategi yang tepat.
Pertanian
organik berteknologi harus tetap berprinsip tepat guna, praktis,
menguntungkan secara ekonomi, mampu menjaga dan meningkatkan
produktivitas (aspek kuantitas dan kualitas), serta berkelanjutan
menurut pertimbangan lingkungan (aspek kelestarian) dan harus didukung
sistem distribusi pangan yang baik.
Dalam
pertanian organik disamping komponen dan kesejarahan lahan, juga sistem
budidaya tanaman (pola tanam, rotasi tanaman, perawatan, dll). Isu-isu
yang sensitif dan sering diperdebatkan adalah menyangkut komponen yang
mempengaruhi proses produksi pertanian itu sendiri, terutama komponen
yang didalamnya terlibat campur tangan manusia (melibatkan industri
agrokimia), antara lain pupuk kimia, pestisida kimia, Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) atau hormon tumbuh sintetis, dan bibit/benih transgenik.
Berkaitan dengan hal tersebut, yang perlu dikaji bersama adalah :
1. Pertanian organik belum dapat diterapkan secara murni,
mengingat cukup banyak kendala yang dihadapi. Hal ini didukung fakta
keilmuan dan kepentingan mendasar dalam mewujudkan ketahanan pangan dan
pertanian berkelanjutan, antara lain :
- Prinsip
serapan hara (nutrisi) oleh tanaman yang punya zat hijau daun
(chlorophil daun) adalah dalam bentuk mineral tersedia (bentuk ion-ion),
tidak peduli mineral tersebut dari bahan organik (kompos, pupuk
kandang), bahan an-organik alami (batuan mineral sebagai bahan induk
pembentukan tanah), maupun bahan an-organik buatan (pupuk kimia). Bahan
organik akan mengalami dekomposisi terlebih dahulu menjadi hara mineral
tersedia, sedangkan bahan an-organik akan mengalami mineralisasi
terlebih dahulu menjadi hara mineral tersedia. Gardner, et.al.(1985) menyatakan “samasekali
dilupakan kenyataan bahwa hara atau nutrisi itu memasuki tumbuhan dalam
bentuk ion-ion, tidak peduli apakah asal pupuk itu organik (pupuk
kandang) ataupun anorganik (pupuk kimia). Filosofi kaku mengenai cara
bertani/berkebun organik melupakan kenyataan bahwa tumbuhan tinggi itu
autotrofik (dapat mensintesis semua penyusun pertumbuhan tubuh yang
penting dari unsur-unsur dasar).”
- Pertimbangan
mendasar hingga saat ini, bahwa khusus untuk memenuhi kebutuhan tanaman
akan unsur N, P, dan K bahan organik hanya mampu mensuplai maksimal 5%
dari total kebutuhan tanaman jika ingin dicapai produksi yang tinggi.
Oleh karena itu masih diperlukan suplai dari pupuk an-organik khususnya
unsur N, P dan K. Pupuk an-organik buatan dalam proses pembuatannya
(skala pabrikasi) melibatkan zat atau senyawa sintesis/kimia. Unsur hara
utama N, P, dan K tetap sangat dibutuhkan tanaman untuk menopang
produktivitas tanaman, tetapi zat atau senyawa sintesisnya-lah (filler)
yang nyata-nyata berdampak pada penurunan kualitas kesuburan lahan
pertanian. Dampak dari zat ataupun senyawa sintesis ini sebenarnya bisa
diatasi dengan asam-asam organik (misal : humat, vulvat) yang berasal
dari bahan/pupuk organik. Sehingga tidak bijaksana apabila secara
langsung melarang penggunaan pupuk an-organik (kimia) pada sistem
pemupukan. Solusi alternatif yang bisa diambil adalah bahwa penggunaan
pupuk an-organik (kimia) harus selalu diimbangi dengan penggunaan
bahan/pupuk organik (pemupukan berimbang). Sejalan
dengan proses pembangunan kesuburan tanah menggunakan pupuk organik akan
meningkatkan kesuburan biologi tanah, dan secara berangsur kebutuhan
pupuk an-organik yang berkadar hara tinggi dapat dikurangi.
- Perpaduan budidaya organik dan an-organik (kimia) disebut Integrated Plant Nutrition Sistem (IPNS). Sistem ini sudah mulai dikembangkan oleh FAO dan diterapkan di beberapa negara di kawasan Asia dan Pasifik. Integrated Plant Nutrition Sistem (IPNS),
adalah sistem perpaduan pupuk organik dan pupuk an-organik, tetapi
secara berangsur kebutuhan pupuk an-organik yang berkadar hara tinggi
dapat dikurangi. Dalam IPNS penggunaan pupuk organik bertujuan jangka
panjang untuk membangun suplai cadangan nutrisi dalam tanah yang baik
dan mantap. Penggunaan pupuk an-organik bertujuan jangka pendek untuk
memasok hara secara cepat sambil menunggu berfungsinya suplai cadangan
nutrisi hara yang efektif secara berkelanjutan. Disamping itu penggunaan
pupuk an-organik yang diimbangi dengan pupuk organik, maka
degradasi/kerusakan lahan dapat diminimalisir bahkan teratasi.
- Dalam
pengendalian hama dan penyakit tanaman sesuai dengan sistem PHT
(Pengelolaan Hama Terpadu). Dalam sistem PHT penggunaan pestisida kimia
tidak dilarang, hanya dijadikan tahap pengendalian paling akhir jika
terpaksa harus dilakukan (karena bagaimanapun juga petani harus panen,
kecuali diterapkan jaminan kompensasi gagal panen). Tetapi penggunaan
pestisida kimia pun harus tetap memperhatikan petunjuk aplikasi yang
bijaksana. Sebelum tahap pengendalian menggunakan pestisida kimia,
prosedur pengendalian harus melalui tahap : (1) Pengendalian dengan
menggunakan varitas tahan; (2) Pengendalian dengan sistem budidaya yang
benar (olah tanah, jarak tanam, pemupukan, sanitasi, dll); (3)
Pengendalian secara fisik dan mekanis (perangkap hama); (4) Pengendalian
secara hayati (agens hayati, pestisida nabati, dll).
- Keempat
prosedur tersebut harus terlebih dahulu dilakukan, sebelum menggunakan
pestisida kimia. Namun demikian tetap dihimbau agar kita sebisa mungkin
cukup sampai tahap pengendalian hayati selama kerusakan belum mencapai
ambang ekonomi, karena sesungguhnya alam sudah tercipta secara seimbang
(rantai makanan), sehingga yang perlu dilakukan adalah menjaga
keseimbangan ekosistem.
- Dalam penggunaan hormon tumbuh atau Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), sebaiknya gunakanlah ZPT organik. Penggunaan ZPT sintesis yang ‘tidak bijaksana’ juga bisa berpengaruh negatif pada tanaman itu sendiri, semisal umur produktif tanaman menjadi semakin pendek.
- Penggunaan
bibit atau benih sebisa mungkin bukan bibit/benih hasil transgenik.
Karena saat ini banyak pakar pertanian di dunia sangat mengkhawatirkan
dampak jangka panjangnya. Dan saat ini pun, perdebatan seputar
transgenik masih menjadi isu menarik bagi ilmuwan, potitikus hingga
praktisi.
2. Solusi tekonologi PT. NATURAL NUSANTARA (NASA), meliputi pupuk dan hormon organik, serta pengendali alami hama dan penyakit tanaman.
- Produk pupuk organik dari PT. NATURAL NUSANTARA antara lain POC (Pupuk Organik Cair) NASA, (Pupuk Organik Cair) BINTANG TANI, POP (Pupuk Organik Padat) SUPERNASA dan SUPERNASA GRANUL, POP POWER NUTRITION, (Pupuk Organik Serbuk) GREENSTAR. Produk pupuk-pupuk organik PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) memenuhi tuntutan aspek K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian). Secara umum teknologi pupuk dari PT. NATURAL NUSANTARA (NASA)
disamping organik murni juga mampu menggantikan peran pupuk kandang
dalam hal kelengkapan unsur hara, khususnya pemenuhan unsur hara mikro.
Misalnya satu liter POC NASA setara dengan satu ton (1.000 kg) pupuk kandang, khususnya dalam hal unsur hara mikronya. Secara
kuantitas dan kontinuitas (keberlanjutan), ketersedian bahan baku
(material raw) Pupuk Organik NASA mampu mencukupi kebutuhan total luas
lahan di seluruh Indonesia dalam jangka waktu sangat lama (16.000
tahun), hanya dengan menggunakan 30% saja deposit sumber bahan baku
alami sehingga masih cukup banyak tersisa (70%) untuk kebutuhan dunia termasuk Brunei. Produk pupuk-pupuk organik PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) juga sudah diperkaya dengan kandungan hormon tumbuh tanaman alami, enzym, asam amino, dan asam-asam organik.
- Produk Hormon Tumbuh Tanaman (Growt Hormone) organik. Produk hormon tumbuh (ZPT) dari PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) adalah HORMONIK yang berfungsi memacu pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan tanaman sehingga mendapatkan hasil panen yang optimal. HORMONIK
mengandung Zat pengatur Tumbuh Organik terutama IAA (Auksin, Giberelin
dan Sitokinin) yang di formulasikan dari bahan-bahan alami, bisa untuk
semua jenis tanaman juga tidak membahayakan bagi kesehatan manusia
maupun binatang.
- Produk Pengendali Alami Hama dan Penyakit Tanaman
Sumber Bahan Baku |
Nama Produk |
Sasaran Utama
|
Tanaman Berkhasiat
|
1. PESTONA
2. PENTANA
3. METILAT |
Ulat, wereng,
Penggerek batang,
walang sangit, dll
Hama kutu-kutuan, ulat
Perangkap Hama khususnya serangga |
Mikroorganisme :
- Jamur
- Gliocladium Sp. dan Trichoderma sp.
- Beveria bassiana Sp.
- Virus
|
Glio
BVR
VITURA
VIREXI |
Layu (fusarium, sp) Rebah semai atau
(Phytium Sp), dll.
Walang sangit,
kutu-kutuan, wereng dll
Spodoptera litura
(Ulat grayak pada cabe, tomat, kacang, dll.)
Spodoptera exigua
(Ulat grayak pada bawang-bawangan) |
Jika
terpaksa harus dilakukan pengendalian menggunakan pestisida kimia maka
untuk mengurangi jumlah pestisida kimia yang digunakan dengan tidak
menurunkan tingkat efektifitasnya maka perlu dicampur perekat, perata
dan pembasah. Berkaitan dengan hal itu PT. NATURAL NUSANTARA (NASA) memberikan solusi produk organik perekat, perata dan pembasah AERO810.
III. TRACK RECORD PT. NATURAL NUSANTARA (NASA)
A. TEKNOLOGI SUDAH TERUJI
“Juri”
/ “penilai” terbaik dan paling obyektif adalah tanaman, ternak dan ikan
itu sendiri. Produk NASA sudah teruji secara multi komoditi, multi
lokasi dan multi waktu. Multi komoditi : teknologi
NASA telah digunakan di semua jenis komoditas pertanian (tanaman pangan
– hortikultura – perkebunan - kehutanan), peternakan (ternak ruminansia
- ternak non ruminansia - unggas) dan perikanan (perikanan air tawar -
air payau) dengan hasil sangat memuaskan baik dari sisi produksi maupun
ekonominya. Multi lokasi : teknologi NASA telah
digunakan di seluruh wilayah Indonesia (dan beberapa negara lain
seperti Malaysia, Brunei Darussalam, USA, Jerman dll) di berbagai jenis
tanah, berbagai ketinggian (dataran rendah – tinggi), berbagai kondisi
tanah (tanah basah – kering) dengan tingkat kesesuaian teknologi yang
baik di semua lokasi tersebut. Multi waktu : teknologi
NASA telah digunakan secara internal perusahaan sejak 1990 (21 tahun
hingga kini) dan secara lebih luas khususnya di Indonesia sejak 1996 (15
tahun hingga kini).
Semua
hasil lapangan tersebut di atas telah didokumenkan secara tertulis
maupun visual (vcd). Tersedia vcd kesaksian keberhasilan produksi dan
kesuksesan petani dari berbagai komoditi dan wilayah di Indonesia.
B. DUKUNGAN RISET & DEVELOPMENT
Selalu
dilakukan penelitian dan pengembangan oleh ahli-ahli riset NASA GROUP
secara terus menerus untuk tetap selalu menghasilkan inovasi-inovasi
teknologi yang lebih inovatif dan baik lagi.
C. LENGKAP VARIAN TEKNOLOGI/PRODUK
- Khusus produk pupuk organik, NASA GROUP memiliki varian produk
terlengkap di Indonesia saat ini baik dalam bentuk cair, padat, serbuk
ataupun granule.
- NASA GROUP juga memiliki produk-produk alami pengendali hama-penyakit
tanaman yang dibuat dengan beberapa teknologi misal berbasis ekstrak
tanaman tertentu, berbasis jamur dan berbasis virus yang telah memiliki
sertifikasi dari komisi pestisida nasional Indonesia.
- NASA GROUP juga memiliki produk-produk alami untuk peternakan dan perikanan
- NASA GROUP juga memiliki berbagai benih holtikultura
- NASA GROUP juga memilki teknologi produk untuk penanganan limbah padat
berbahaya untuk selanjutnya dijadikan pupuk organic yang berkualitas.
- NASA GROUP juga memilki teknologi produk untuk revegetasi lahan yang rusak, misalnya lahan bekas tambang.
D. KELENGKAPAN GROUP SUPPORT
- NASA adalah suatu group yang lengkap yang meliputi hulu hingga hilir mulai penelitian dan pengembangan (in house laboratory) , uji di laboratorium lapangan, produksi, marketing dan pelayanan, hingga konsultasinya.
- NASA GROUP satu-satunya perusahaan di Indonesia yang memiliki dukungan
laboratorium alam khususnya di tempat ekstrim (sangat sulit) seperti di
pinggir laut (Pantai Pandansimo, Kabupaten Bantul, Propinsi Daearah
Istimewa Yogyakarta) dimana semua jenis tanaman (tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan kehutanan) ditanam dan dapat hidup serta
berproduksi dengan baik tanpa sama-sekali menggunakan pupuk kandang,
mencampur lahan pasir pantai dengan tanah normal dengan hanya
menggunakan teknologi dan produk NASA GROUP saja.
- NASA GROUP telah hadir di seluruh wilayah Indonesia
- Penyediaan layanan konsultasi gratis melalui multimedia (website, sms,
facebook dll.) serta pelayanan di lapangan jika memang harus diperlukan.
- NASA GROUP memberikan pelayanan penghijauan kembali (re-vegetasi) untuk lahan-lahan yang rusak misal areal bekas pertambangan
- NASA GROUP memberikan teknologi penetralan limbah-limbah yang
merugikan/mencemari lingkungan hidup seperti limbah tambang, pabrik dll.
- NASA GROUP memberikan pelayanan konsultasi (konsep – pelaksanaan) untuk program-program pengembangan perkebunan pangan (food estate) terpadu .
E. PIONEER DAN MAIN STREAM
NASA
GROUP adalah salah satu pioneer (perintis) dan menjadi main steram
(acuan) untuk hal pertanian dan produk-produk teknologi organik di
Indonesia hingga saat ini.
F. LEGALITAS
- NASA GROUP adalah perusahaan yang legal dengan segala perijinan perusahaan yang disyaratkan di Indonesia.
- Produk-produk NASA GROUP telah memiliki ijin resmi yang dipersyaratkan di Indonesia.
- Untuk teknologi pengendalian hama dan penyakit beberapa produk nasa
telah mendapatkan sertifikat nasional dari komisi pestisida nasional RI
G. Distribusi
NASA GROUP telah hadir di berbagai Wilayah di Seluruh Indonesia
H. BEBERAPA EVENT LAPANGAN
- PANEN RAYA PADI (102 ha) Oleh Presiden Republik Indonesia (Bapak
Susilo Bambang Yudoyono) di Jawa Tengah menggunakan teknologi Organik
NASA
- Panen Raya Jagung Oleh Gubenur Gorontolo (Bapak Fadel Muhamad) di Gorontalo
- Panen Raya Tebu Oleh Gubenur DIY diwakili Wakil Gubenur (Bapak Sri Pakualam IX) di Yogyakarta.
- Beberapa Panen Raya padi oleh Bupati/wakil Bupati di beberapa wilayah Indonesia.
- Kunjungan dan Study Banding oleh Menteri Pertanian RI (Bapak Anton
Apriantono), Beberapa pejabat lokal daerah dari berbagai wilayah
Indonesia (Bupati, wakil bupati, kepala dinas, DPR
kabupaten-propinsi-pusat), beberapa tamu dari luar negeri (Malaysia,
USA, Jerman dll) ke Laboratorium Alam Group NASA di Pantai
Pandansimo,Bantul, DIY.
- KONSULTAN untuk Program MIFE (MERAUKE INTEGRATED FOOD ESTATE) di Kabupaten Merauke , Papua
- KONSULTAN untuk Program CORN FOOD ESTATE di Serawak, Malaysia
- Suplayer Organik Produk untuk Perkasa Trading (SEDCO) Sabah, Malaysia
- Konsultan pemupukan organik perkebunan Sawit SABAMAJU Sdn. Bhd.
- Penanganan Limbah pabrik perusahaan farmasi/obat-obatan PT. KIMIA FARMA
- Penanganan limbah Minyak bumi PT. MEDCO GROUP DI Sembakung Kalimantan Timur
- Revegetasi untuk program pemberdayaan masyarakat di PT.INCO, SOROAKO, SULAWESI
- Dan beberapa Event lainnya.
IV. PENUTUP
Ketahanan
pangan dunia adalah tanggung jawab bersama semua negara, untuk itu mari
kita wujudkan ketahanan pangan dunia dengan melalui terwujudnya
swasembada pangan di setiap negara. PT. NATURAL NUSANTARA (NASA)
telah menyiapkan paket teknologi yang sudah teruji secara multi waktu,
multi lokasi dan multi komoditas untuk membantu terciptanya swasembada
pangan. Dengan terwujudnya swasembada pangan tentunya kita telah
berupaya mewariskan sesuatu yang sangat bermakna dan berharga bagi anak
dan cucu kita sebagai generasi penerus bangsa.